5 Hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Keuangan Startup agar Tetap Survive

Hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Keuangan Startup agar Tetap Survive

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat kita lebih mudah untuk memulai bisnis. Tidak heran kalau banyak bermunculan startup baru di Indonesia.

Startup sendiri bisa diartikan sebagai perusahaan rintisan yang masih berada di tahap awal dan masih mencari model bisnis yang tepat. Biasanya, startup identik dengan pemanfaatan teknologi untuk menawarkan solusi atau produk yang inovatif.

Memulai bisnis startup memang terdengar menjanjikan. Namun, di balik peluang besar itu, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, mulai dari menemukan produk terbaik, menentukan target pasar, hingga menjaga agar bisnis tetap bertahan.

Salah satu aspek yang sering dilupakan adalah pengelolaan keuangan. Jika salah langkah, bukan tidak mungkin startup yang sudah dibangun dengan kerja keras justru cepat gulung tikar.

Nah, agar hal itu tidak terjadi, berikut adalah beberapa hal yang harus kamu hindari dalam mengelola keuangan startup agar bisnis bisa tetap survive.

1. Mengeluarkan Biaya Tidak Sesuai Kemampuan

Banyak pemilik startup yang terlalu cepat menghabiskan uang untuk hal-hal yang sebenarnya belum mendesak, misalnya menyewa kantor mewah, membeli peralatan canggih, atau menggelontorkan dana besar untuk iklan.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan investasi besar, tapi di tahap awal kamu perlu bijak dalam menentukan prioritas. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting untuk pertumbuhan bisnis.

Ingat, startup butuh modal yang sehat untuk bertahan, jadi jangan sampai strategi keuanganmu jebol karena salah menentukan skala prioritas.

2. Tidak Membedakan Laba dengan Arus Kas

Kesalahan klasik lainnya adalah tidak paham perbedaan laba (profit) dengan arus kas (cash flow).

  • Laba menunjukkan keuntungan bersih setelah semua biaya operasional dikurangi.
  • Arus kas mencerminkan pergerakan uang tunai yang masuk dan keluar.
Baca Juga:  9 Jenis Startup di Indonesia yang Populer dan Berkembang Pesat

Banyak startup yang merasa usahanya untung karena laporan laba terlihat positif, padahal arus kas mereka negatif. Kalau dibiarkan, bisnis bisa kekurangan dana operasional meski di atas kertas terlihat baik.

Karena itu, penting untuk rutin membuat laporan arus kas. Saat ini sudah banyak software keuangan gratis maupun berbayar yang bisa mempermudah pencatatan.

3. Tidak Memiliki Strategi Pendanaan

Tidak Memiliki Strategi Pendanaan

Startup sering identik dengan modal terbatas. Sayangnya, banyak founder yang hanya mengandalkan tabungan pribadi tanpa mempertimbangkan opsi pendanaan lain.

Padahal, ada banyak sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan, seperti:

  • Pinjaman bank atau lembaga keuangan.
  • Crowdfunding.
  • Angel investor atau venture capital.
  • Hibah usaha.
  • Dana dari keluarga atau teman.

Namun, jangan asal terima dana tanpa perhitungan. Setiap sumber pendanaan memiliki risiko dan konsekuensi berbeda.

Lakukan riset dan pilih opsi pendanaan yang paling sesuai dengan model bisnis dan tujuan jangka panjang startup-mu.

4. Mencampurkan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ini salah satu kesalahan yang sering terjadi, terutama di tahap awal. Banyak founder mencampur rekening pribadi dengan rekening bisnis, yang akhirnya membuat laporan keuangan berantakan.

Jika ini terus dilakukan, kamu akan kesulitan mengetahui berapa keuntungan sebenarnya, bagaimana performa bisnis, hingga sulit mengambil keputusan finansial yang tepat.

Solusinya, buatlah rekening khusus bisnis. Dengan begitu, setiap transaksi bisa tercatat jelas, dan kamu bisa lebih mudah memantau arus kas perusahaan.

5. Tidak Memiliki Mentor atau Konsultan Finansial

Membangun startup bukan hanya soal ide brilian, tapi juga soal strategi bisnis jangka panjang. Karena itu, setiap founder perlu seseorang yang bisa diajak diskusi, khususnya dalam hal keuangan.

Mentor atau konsultan finansial bisa membantu memberikan perspektif baru sebelum kamu mengambil keputusan penting.

Tidak selalu harus profesional mahal, bisa saja teman, rekan kerja, atau keluarga yang memiliki pengalaman dalam bisnis dan akuntansi.

Baca Juga:  5 Tips Bijak Membangun Perusahaan Impian ala Nicholle Rollander

Dengan adanya mentor, kamu bisa mengurangi risiko salah langkah dan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan finansial besar.

Membangun startup itu bukan sekadar ikut tren, tapi benar-benar membangun bisnis yang berkelanjutan. Ada tanggung jawab besar di dalamnya: karyawan yang harus digaji, partner yang harus dihargai, hingga konsumen yang harus dilayani dengan baik.

Karena itu, pengelolaan keuangan tidak boleh disepelekan. Hindari pengeluaran berlebihan, pahami perbedaan laba dan arus kas, siapkan strategi pendanaan, pisahkan keuangan pribadi dengan bisnis, dan carilah mentor finansial.

Jika semua hal ini diperhatikan, startup yang kamu bangun akan memiliki fondasi keuangan yang kuat dan peluang lebih besar untuk bertahan serta berkembang di tengah persaingan yang ketat.

Artikel Terkait